Rumpun misteri — Jin, Bunian, dan Duyung

Rumpun misteri.

Dalam Islam, alam ghaib merupakan dimensi yang diyakini keberadaannya, di mana terdapat pelbagai jenis makhluk ciptaan Allah Ta’ala. Al-Quran secara jelas menyebutkan tentang kewujudan jin, yang diciptakan dari api yang menyala. Namun, mengenai bunian dan duyung, memerlukan kajian yang lebih mendalam berdasarkan sumber-sumber utama dan interpretasi para ulama.

Jin: Makhluk yang Disebutkan dalam Al-Quran

Al-Quran Surah Al-Jinn secara khusus membahas tentang jin, menjelaskan bahawa mereka adalah makhluk berakal yang memiliki pilihan antara keimanan dan kekafiran, serta kemampuan untuk mendengar dan memahami. Allah Ta’ala berfirman:

 {قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا}

Katakanlah (wahai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku, bahawa sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Quran), lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Quran yang menakjubkan.” (QS. Al-Jinn: 1)

Dalam perspektif Islam, jin memiliki kemampuan untuk berubah rupa (tasyakkul atau tamaththul) berdasarkan beberapa dalil dan riwayat. Mereka dapat menampakkan diri dalam pelbagai bentuk, termasuk menyerupai manusia atau binatang. Meskipun demikian, bentuk asal jin adalah dari unsur api, yang umumnya tidak dapat dilihat oleh mata manusia.

Mengenai mimpi, Islam membaginya menjadi tiga kategori: mimpi dari Allah (ru’ya hasanah), mimpi dari diri sendiri (haditsun nafs), dan mimpi dari syaitan (hulm). Mimpi melihat jin dalam rupa menakutkan sering dikaitkan dengan gangguan syaitan. Mimpi melihat jin dalam bentuk aslinya sangat jarang dan memerlukan interpretasi khusus. Secara umum, mimpi tentang jin tidak selalu mencerminkan hakikat wujud mereka, melainkan bisa berupa simbol atau gambaran yang perlu ditafsirkan.

Bunian: Antara Mitos dan Realiti dalam Islam Istilah “bunian” lebih sering ditemui dalam cerita rakyat Melayu dan Nusantara dan tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Quran maupun Sunnah dengan nama tersebut. Islam meyakini adanya makhluk ghaib selain jin dan malaikat, namun ciri-ciri dan klasifikasinya tidak dijelaskan secara terperinci.

Beberapa ulama berpendapat bahawa “bunian” mungkin merupakan golongan jin dengan karakteristik tertentu, seperti hidup di tempat terpencil dan berinteraksi dengan manusia secara berbeda. Namun, tidak ada dalil qath’i (pasti) yang menguatkan hal ini.

Berdasarkan pengakuan yang dipercayai oleh sebagian masyarakat, terdapat beberapa perbedaan antara jin dan bunian:

 * Asal Kejadian: Jin diciptakan dari api, sedangkan bunian dipercayai diciptakan dari cahaya.

 * Kepercayaan: majoriti jin adalah kafir, sementara majoriti bunian dipercayai beragama Islam.

 * Kemampuan Berubah Bentuk: Jin memiliki kemampuan untuk berubah bentuk, sedangkan bunian tidak dan memiliki fisik serta rupa paras yang mirip manusia.

 * Makanan: Jin umumnya memakan darah, daging, tulang, dan bangkai (bagi jin non-muslim), sedangkan bunian dipercayai sebagai vegetarian yang memakan buah-buahan dan tumbuhan.

 * Merasuk: Jin dapat memasuki jasad manusia untuk merasuk, sementara hal ini bukan kebiasaan bunian.

 * Penampakan: Jin sulit dilihat dengan mata kasar kecuali jika hijab dibuka, termasuk oleh tukang sihir. Bunian dipercayai dapat dilihat oleh orang yang bersih dan suci hatinya kepada Allah serta berakhlak mulia (dengan izin Allah).

 * Struktur Sosial: Struktur sosial dan kerajaan jin kurang teratur dan sering terjadi peperangan, sedangkan masyarakat bunian dipercayai lebih tersusun dan terencana.

 * Penyamaran: Jin dipercayai sering melakukan penyamaran sebagai bunian untuk menipu manusia, sedangkan bunian tidak berbuat demikian.

 * Kemampuan Melihat Makhluk Ghaib Lain: Jin sesama jin boleh saling melihat, namun kebiasaannya tidak boleh melihat bunian termasuk qarin, sedangkan bunian boleh melihat semua spesies makhluk ghaib.

Meskipun demikian, penting untuk ditekankan bahwa perbedaan-perbedaan ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Quran dan Sunnah. Kisah-kisah tentang bunian sebaiknya dipandang sebagai bagian dari budaya dan tradisi lisan yang perlu disaring dengan ajaran Islam agar tidak bertentangan dengan akidah. Umat Islam dianjurkan untuk lebih fokus pada apa yang telah jelas disebutkan dalam Al-Quran dan Sunnah mengenai alam ghaib.

Duyung: Makhluk Air dalam Perspektif Islam

Mengenai duyung, dalam perspektif Islam, terdapat pembahasan mengenai hukum binatang air. Secara umum, semua jenis binatang air adalah halal untuk dimakan, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

 {أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ}

“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan.” (QS. Al-Ma’idah: 96)

Jika duyung termasuk dalam kategori binatang air, maka secara hukum asal, ia adalah halal. Namun, perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai klasifikasi biologi duyung dan apakah ia memiliki karakteristik yang membuatnya dikecualikan dari hukum kehalalan tersebut.

Mengenai sifat duyung sebagai makhluk “dua alam” yang dapat hidup di alam nyata dan ghaib, perlu lebih berhati-hati. Alam ghaib adalah ranah yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera manusia kecuali melalui wahyu dari Allah Ta’ala. Kemampuan suatu makhluk untuk berpindah antara alam nyata dan alam ghaib memerlukan dalil yang kuat dari Al-Quran atau Sunnah, dan setakat ini tidak ada dalil spesifik mengenai kemampuan duyung tersebut.

Begitu pula dengan pertanyaan apakah duyung beragama atau tidak, Islam mengajarkan bahawa hanya Allah Ta’ala yang mengetahui hakikat segala makhluk dan urusan ghaib. Kita tidak memiliki informasi yang pasti mengenai apakah duyung memiliki akal dan tanggung jawab keagamaan seperti manusia dan jin. Mengenai interaksi manusia dengan alam duyung, Islam tidak memberikan informasi tentang adanya manusia yang dapat memasuki alam mereka dan berkomunikasi. Alam ghaib memiliki batas-batasnya sendiri, dan interaksi antara alam yang berbeda memerlukan izin dan kehendak dari Allah Ta’ala.

Kesimpulan — Perspektif Islam, kewujudan jin adalah sesuatu yang diyakini berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Kemampuan mereka untuk berubah rupa juga diakui, dan mimpi tentang jin perlu ditafsirkan dengan bijak. Mengenai bunian, tiada sumber dan penjelasan yang spesifik, memerlukan kajian para sarjana dan ilmuan maka dengan itu umat Islam disarankan berpegang kuat sumber-sumber utama dan tidak mudah mempercayai cerita-cerita yang tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Quran, Sunnah dan ijma ulama. Boleh juga disimpulkan perbedaan antara jin dan bunian seperti yang dipercayai sebahagian masyarakat tidak memiliki landasan yang kuat dalam ajaran Islam.

Apakah hukum memakan daging Duyung?

Duyung, sebagai makhluk air, hukum asalnya adalah halal untuk dimakan. Namun, dakwaan tentang kemampuan mereka hidup di dua alam dan pertanyaan tentang agama mereka adalah hal-hal yang tidak memiliki jawaban pasti dalam ajaran Islam. Alam ghaib adalah rahsia Allah Ta’ala, dan kita hanya mengetahui apa yang telah Dia wahyukan kepada kita.

Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk mempercayai yang ghaib berdasarkan dalil yang sahih dan menghindari spekulasi yang berlebihan tentang hal-hal yang tidak kita ketahui. Maka perlu tahu fokus utama kita adalah pada ibadah dan menjalankan perintah Allah Ta’ala sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Kisah-kisah tentang makhluk-makhluk aneh ini dapat menjadi pelajaran untuk merenungkan kebesaran Allah Ta’ala dalam menciptakan berbagai macam makhluk, namun kita harus tetap berpegang pada batasan-batasan ilmu dan keyakinan yang telah ditetapkan dalam agama kita.

Jin dan bunian adalah makhluk berakal dan ditaklifkan manakala anggapan duyung duyung sebagai makhluk yang ditaklifkan masih menjadi misteri. Semua haiwan akuatik boleh dimakan atas sifatnya sebagai makhluk tidak berakal. Jika dapat dibuktikan duyung sebaliknya, sanggupkah, lalukah dan berselerakah manusia untuk memakan sajian daging duyung?

Kesimpulan;

Sepertimana kebanyakan perawat, 

dulupun ramai percaya bunian adalah sejenis jin. Setelah mneliti, mengkaji, berdiskusi dan bertemubual dengan bunian kami dapati takrif jin yang disebut dalam Quran tidak semuanya selari dgn hakikat kewujudin bunian, mungkin 10% ada persamaan. Takrif jin tidak merangkumi bunian termasuk rijalul ghaib. Penulis tidak bersahabat dengan bunian walaupun penulis ada kenalan dengan beberapa bunian yang dipercayai. Penakrifan yang hampir tepat penulis ialah bunian adalah makhluk manusia berwujud di dimensi ghaib.

Adapun duyung adalah makhluk misteri yang banyak menyimpan hal-hal aneh yang belum diselongkar.  Duyung juga makhluk pintar dan kebarangkalian berakal dan ditaklifkan perlu dibahas lanjut. Duyung beranak pinak dan memakan hidupan akuatik yang lain sesuai dengan sifatnya sebagai predator. Ada jantan dan ada betina. Rupa parasnya tidaklah terlalu cantik seperti sering digambarkan dalam kisah-kisah rakyat di seluruh dunia, bahkan sebahagian besar berwajah jelek dan buruk serta memiliki barisan gigi dan taring yang tajam dan menyeramjan. Tubuh bahagian atas bermirip manusia dan dari pinggang ke bawah umpama seekor ikan dengan sirip ekor bercabang dua. Kesuruhan tubuhnya selain muka dan kepala ditutupi sisik dan duyung tidaklah berpakaian seperti manusia. Sebahagian info yang diterima berdasarkan pengalaman dan pertembungan dengan duyung oleh sebahagian pelaut, kelasi kapal, pemancing laut dalam, pekerja di pelantar minyak, anggota penguatkuasaan maritim sehinggalah nelayan di pesisir pantai.  

Justeru itu untuk membuka sebahagian besar lagi rahsia alam baik di daratan, di lautan, di udara, pergunungan dan dalam bumi sudah tentu kajian dan penelitian perlu dilakukan dari masa ke semasa. Jika tidak dipecahkan ruyung manakan dapat sagunya. 

Al-Quran menceritakan secara umum penciptaan makhluk Allah yang hidup di segenap penjuru alam. Sudah tentu Allah tidak menyebutnya satu persatu dalam al-Quran. Adakah bila ada spesis makhluk yang tidak disebut maka kita menolak dan menafikannya. Ikan keli pun tidak disebut namun ramai yang berselera makan keli masak gulai lemak tempoyak.

Jin jelas disebut kerana dia memainkan peranan dan banyak campurtangan dalam kehidupan manusia. Bunian pula manusia ghaib yang menghindari dari urusan manusia dan tidak memasuki saluran darah untuk merasuki manusia sepertimana jin. Nama bunian popular dalam alam Melayu manakala dalam benua lain mungkin ada nama lain diberi. Duyung atau mermaid dipercayai wujud di banyak lokasi di seluruh dunia dan kewujudannya terakam dalam kisah-kisah rakyat bahkan dalam filem dan animasi.

Semoga tulisan ringkas ini memberi sedikit info untuk memahami ketiga-tiga entiti makhluk Allah yang beragam dari segi asal usul kejadian dan amalan kehidupan mereka.

Sekian

Kajian bersama:

Dr Abdy (Penulis)
Amar Amin (Editor)

Gabungan Perawat Islam Malaysia